Minggu, 31 Juli 2016

7 Mitos yang Salah Kaprah Seputar Rokok


Berhenti merokok memang sulit dilakukan, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Padahal, seperti dilansir WebMD, rata-rata perokok meninggal 14 tahun lebih cepat dibandingkan orang yang tidak merokok, dan setengah dari semua perokok yang tidak berhenti merokok pada akhirnya akan meninggal dunia karena kebiasaan merokok tersebut.

Alasan seseorang merokok memang beragam. Untuk berhenti juga sangat sulit, apalagi karena adanya mitos-mitos salah yang pada akhirnya membuat para perokok memilih untuk terus merokok ketimbang berhenti. Mitos-mitos menyesatkan ini terkadang membuat orang malas atau takut berhenti merokok, atau malah menganggap berhenti merokok adalah kegiatan yang sia-sia karena toh paru-paru sudah rusak.

Benarkah demikian? Simak 7 mitos paling umum seputar rokok dan berhenti merokok, dan kenapa itu semua hanya isapan jempol belaka yang tak boleh dipercaya kebenarannya.

1. Tidak apa-apa merokok asal rajin olahraga dan makan makanan sehat
Beberapa perokok beranggapan bahwa kebiasaan sehat mereka, seperti mengonsumsi nutrisi yang baik dan rajin berolahraga, bisa mengimbangi dan menjaga kesehatan meski mereka merokok. Padahal menurut Ann M. Malarcher PhD, ilmuwan penasihat senior di kantor CDC di bidang Smoking and Health, hasil penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi nutrisi sehat serta berolahraga secara teratur tidak mengurangi risiko kesehatan yang diakibatkan merokok.

“Rokok mempengaruhi setiap sistem organ dalam tubuh. Sungguh tidak realistis jika ada yang menganggap bahwa gaya hidup sehat bisa mencegah efek buruk rokok,” ujar Ann.

Michael C. Fiore, MD, Professor obat dan direktur Center for Tobacco Research and Intervention di University of Wisconsin, Madison, menambahkan, “Anda bisa mengonsumsi banyak vitamin per hari dan ini tetap tidak akan menghilangkan efek samping mematikan dari tembakau.”

2. Rokok “mild” risikonya lebih kecil
Perokok yang sudah sadar akan bahaya merokok, tapi tetap merokok dengan berganti produk ke “mild” atau yang lebih ringan, sering berpikir bahwa risiko yang akan diterimanya akan lebih kecil. Padahal tetap saja, merokok akan tetap berbahaya karena kandungan di dalamnya memang sangat berbahaya. Sesedikit apapun akan tetap akan buruk efeknya bagi tubuh kita.

Michael Fiore mengatakan, banyak orang yang merokok akan mendapatkan jumlah kandungan pembunuh yang sama dalam setiap tembakau. “Ada banyak orang yang meninggal karena kanker paru-paru, stroke, serangan jantung, dan emfisema setiap hari, dan banyak di antara mereka adalah perokok rokok mild,” tutur Fiore.

Rokok alami atau organik, menurut Fiore, sama saja dan tidak lebih aman dibandingkan rokok biasa.

3. Rokok elektrik bisa membantu berhenti merokok
Banyak perokok yang memulai berhenti merokok dengan cara mengganti rokoknya dengan rokok elektrik atau yang sering dikenal dengan sebutan vaping. Sayangnya, seperti dikutip Kompas, studi terbaru dari Universitas California, San Francisco, Amerika Serikat, menemukan bahwa rokok elektrik tidak efektif membantu perokok untuk berhenti merokok.

Hasil analisis penelitian dari 82 studi memperlihatkan, dari semua orang yang menggunakan rokok elektrik, hanya sedikit sekali yang pada akhirnya benar-benar berhenti merokok.

4. Berhenti merokok bikin gemuk
Beberapa studi ilmiah menunjukkan bahwa orang yang berhenti merokok memang cenderung akan jadi lebih gemuk. Namun, bertambahnya berat badan ini tidak disebabkan oleh berhentinya kebiasaan merokok, melainkan karena orang yang merokok biasanya cenderung memiliki gaya hidup yang kurang sehat, seperti mengonsumsi banyak makanan tak sehat dan jarang berolahraga.

5. Sudah lama merokok, kerusakannya sudah telanjur parah. Percuma saja berhenti
Ini anggapan yang tentu salah. Menurut Fiore, manfaat yang didapat setelah berhenti merokok akan sangat besar, dan sudah bisa terlihat pada hari pertama Anda berhenti merokok.

“Dalam sebulan, Anda akan merasa bisa menghirup lebih banyak udara di paru-paru Anda. Dalam setahun, risiko Anda terkena serangan jantung akan berkurang 50%,” kata Fiore.

Berdasarkan American Cancer Society, perokok yang berhenti sebelum berusia 35 tahun dapat mencegah 90% risiko masalah kesehatan karena merokok. Perokok yang berhenti sebelum berusia 50 tahun memangkas kemungkinan kematiannya dalam 15 tahun ke depan dibandingkan seseorang yang terus merokok.

6. Berhenti merokok bikin stress
Ada benarnya, jika Anda sudah berada pada tahap kecanduan, berhenti mengonsumsi tembakau akan bikin Anda stres karena rasanya ada yang “hilang”. Tapi tidak ada bukti bahwa stres tersebut bisa menimbulkan efek negatif yang berkepanjangan.

Faktanya, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perokok yang berhenti merokok akan mulai makan dengan baik, lebih banyak berolahraga, dan merasa lebih baik. “Mereka memiliki mental yang lebih baik. Banyak sekali para perokok hari ini yang sebenarnya benci dengan fakta bahwa mereka kecanduan, dan bahwa mereka menggunakan sekian persen uangnya untuk rokok yang mematikan itu,” ujar Fiore.

7. Jika sudah pernah berhenti merokok kemudian gagal, berarti saya memang tidak bisa berhenti
Banyak perokok mencoba beberapa kali untuk berhenti merokok sampai akhirnya berhasil berhenti merokok sampaoi seterusnya. Namun, jangan menyerah meskipun Anda gagal, teruslah mencoba untuk berhenti. Jika Anda sudah mencoba beberapa kali dan mulai putus asa, Edelman mengatakan, “Anggap saja pertama kali Anda mencoba berhenti adalah latihan, kedua kalinya juga adalah latihan, dan pada kali ketiga atau keempat Anda mulai memahaminya. Semakin lama Anda akan semakin baik dalam berhenti merokok sampai lama kelamaan bisa berhenti total.”

Author:

0 komentar: